Rabu, 17 September 2014
Cincau Pembawa Kehidupan

Di tengah-tengah panasnya terik matahari di desa Kalisalak, Margasari  seorang pria dengan  berbaju lerek dan bertopi hitam sibuk berkeliling kesana kemari dengan goesan sepedanya yang membawa gerobak es cincau.
Pria berkelahiran 43 tahun silam bernama lengkap Karipin merupakan suami dari Masitoh. Dari pernikahannya ia dikaruniai seorang putri  bernama Emi Prasitiowati. Ia berjualan es cincau keliling sekitar 20 tahun lalu. “saya bekerja sebagai tukang es cincau kelilling sekitar 20 tahun lalu setelah saya menikah dan sebelum di karuniai seorang anak”. Ujar pak ripin.
Berjualan es cincau keliling itu tidak mudah, terlebih dimusim hujan. Ia harus merelakan dirinya kedinginan karena rintikan air hujan, selain itu ia juga rela pulang lebih lama dengan penghasilan yang lebih kecil dari hari biasanya. Namun ia tetap bersabar karena inilah kehidupan, kadang diatas dan kadang dibawah. Dan dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Musim panas  merupakan moment kebahagiaan pak ripin karena ia bisa pulang lebih awal dan berkumpul bersama keluarga. Penghasilan yang ia dapatkan pun cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Setelah beberapa tahun kemudian terpaksa ia harus membesarkan putrinya seorang diri karena sang istri terlebih dahulu dipanggil oleh yang maha kuasa. Seorang penjual es cincau keliling ini merupakan pria yang bertanggung jawab, ia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Suatu saat ia menikah kembali dengan seorang gadis muda, namun pernikahan ini tidak berlangsung lama. Terpaksa ia harus bercerai dengannya karena beberapa konflik.

Harga es cincau berkisar dari RP 500,- sampai Rp 1000,-. Penghasilannya pun tidak terlalu besar. Setiap harinya ia hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp 70.000,-. “Penghasilanku ini memang sedikit namun saya yakin pasti rezeki ini membawa berkah bagi keluargaku”. Ujarnya sambil tersenyum. (febrie)
Read more
Kamis, 26 Juni 2014
Tokoh: Bung Tomo

Sutomo atau Bung Tomo lahir di Surabaya Jawa Timur pada tanggal 3 Oktober 1920. Sutomo dilahirkan di Kampong Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menenga. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah atau sebagai staf pribadi kecil di perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahaan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang.
Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda dan Madura. Ayahnya adalah seorang yang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai  polisi di kantor praja, dan pernah pula menjadi anggota Serikat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer. Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu.
Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus. Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalisme yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika menjadi orang ke-2 di Hindia, Belanda yang mencapai peringkat pandu garuda. Sebelum pendidikannya ke Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai 3 orang Indonesia. Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses.
Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan social. Ketika ia dipilih pada tahun 1944 untuk menjadi anggota gerakan rakyat baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorangpun mengenal dia, namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk perangnya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945 ia menjadi salah satu pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya yang pada waktu itu diserang habis-habisan oleh tentara NICA.
Sutomo dikenang sekali karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radio yang penuh dengan emosi. Meskipun Indonesia kalah dalam pertempuran 10 November itu kejadian ini tetap tercatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Read more
Kekayaan Tidak Akan Bisa Membeli Kebahagiaan

Pak Handoyo adalah seorang pengusaha paling kaya nomor 2 di kotanya. Pak Handoyo selalu mengajarkan pada keluarganya untuk menabung dan tidak boros. Meski mereka keluarga kaya, namun harus tetap bisa bijaksana dalam menggunakan uang dan harta yang mereka miliki.
Kendati begitu, Pak Handoyo tahu bahwa anak-anaknya terlalu sering bergaul dengan teman-teman dari latar belakang yang sama. Oleh karena itu, Pak Handoyo ingin memberi pandangan lain pada anaknya yang mulai remaja itu.
Suatu ketika, saat liburan sekolah tiba, ia mengajak anaknya untuk bepergian ke desa. Ia ingin menunjukkan padanya suasana pedesaan yang jauh berbeda dengan kota yang riuh dan modern. Sang anak pun melihat rumah-rumah penduduk yang sepertinya seukuran dengan garasi mobil ayahnya.
Pak Handoyo mengatakan, "Lihat, Nak. Rumah-rumah ini lebih kecil dari rumah kita. Apakah kamu bisa melihat seberapa kaya mereka?"
Sang anak melihat ke arah pemukiman yang terhampar di hadapannya. "Iya. Kita punya 1 anjing, mereka punya banyak sapi. Kita punya kolam renang, mereka punya sungai yang besar. Kita punya lampu antik di rumah, mereka setiap malam bisa melihat bulan dan bintang," jawabnya.
Kemudian sang ayah bertanya, "Lantas bagaimana?"
Sang anak kembali menjawab, "Saat kita sering beli bahan makanan, mereka menanam dan memanen sendiri. Aku punya mainan, mereka punya teman. Kita dilindungi pagar yang tinggi dan kokoh, mereka punya tetangga yang saling menyapa. Kita punya tetangga yang punya anak seumuran denganku, tapi aku hampir tak pernah bertemu dengan mereka."
Mendengar jawaban ini, sang ayah tersenyum. Sang anak kemudian menyimpulkan, "Terima kasih, Ayah. Kau telah mengajarkan aku bahwa mungkin kita kaya dan punya segalanya, tapi mungkin.. hidup bukan sekedar tentang semua itu."
Sang ayah mengangguk sambil tersenyum, "Bukan uang yang membuat kita bahagia. Tapi kesederhanaan kecil yang mereka miliki yang sebenarnya membuat seseorang bisa bahagia. Teman, keluarga, sosialisasi, keterbatasan, kerja keras, solidaritas, hal-hal seperti ini sebaiknya kau pelajari sejak muda."
"Ayah tak langsung lahir sebagai orang kaya. Ayah ingin kamu belajar bahwa kebahagiaan lebih penting dari semua yang nanti akan ayah wariskan padamu," ujarnya.
*****
Kemapanan memang bisa mencukupi kita. Seringkali kita berusaha keras untuk mencapai kemapanan dan kemakmuran. Namun, hidup tidak selalu mengenai kemapanan.

Sembari mencukupi materi, jangan lupa untuk selalu berbagi dan mengasihi. Hidup akan kosong bila kita hanya memikirkan target kerja dan materi, sementara tak diimbangi dengan tawa bahagia bersama mereka yang kita sayangi.
Read more
Kunjungan Ke Radar Tegal

Jum’at (2/05), santri ponpes Darul Mujahadah mengadakan kunjungan ke RaTeg (Radar Tegal), khususnya team jurnalistik yang berjumlah 20 orang. Selain untuk menyambung silaturahim bertujuan pula agar team jurnalistik DM lebih paham dan mengerti mengenai jurnalistik.  Tepat pukul 08.30 wib sampailah rombongan team jurnalistik ke Rateg di Jl.Perintis Kemerdekaan No. 32 Tegal. Team jurnalistik yang langsung dipersilahkan menempatkan diri ke ruangan yang telah disediakan.
Para peserta sangat berantusias ketika mengikuti pelatihan ini. Banyak dari peserta untuk memberanikan diri mengangkat tangan untuk bertanya ketika suatu materi yang belum dipahami olehnya, dan ketika dibukanya sesi pertanyaan. “saya merasa senang saat mengikuti pelatihan jurnalistik,  karena saya mendapat ilmu baru khususnya tentang tulis-menulis”, terang Haykal selaku peserta pelatihan jurnalistik. Dikarenakan waktu sholat Jum`at akan tiba, pelatihan jurnalistik berakhir pada pukul 10.30 wib. (AT,Nisa)
Jum’at (2/3) sebanyak 34 santri Ponpes Darul Mujahadah, yang terdiri dari 9 santriwan dan 25 santriwati, mengunjungi kantor redaksi Harian Radar Tegal. Kunjungan oleh sejumlah santri dari Ponpes Darul Mujahadah yang juga didampingi oleh dua guru Pembina - yaitu Ust. Ismail Marzuki, S.S dan Ust. Bakhtiar Ibnu Hanif, S.Th.I - ini guna mengikuti pelatihan dasar jurnalistik dari Radar Tegal. Mereka para santri ini adalah kru dan anggota “Shoutu Daril Mujahadah” (SDM), yaitu sebuah klub kegiatan ekstra kurikuler santri di Ponpes Darul Mujahadah yang khusus mengelola bulletin kesantrian.

Kegiatan pelatihan dasar jurnalistik ini sendiri dimulai pada pukul 09.30 WIB dan diisi oleh pimpinan redaksi Radar Tegal Bapak Muhamad Abduh sebagai narasumber. Para santri sangat bersemangat dalam mengikuti kegiatan ini. Antusiasme serta beragam pertanyaan yang muncul dari para peserta turut menyemarakkan acara pelatihan ini. Pelatihan jurnalistik ini dirasakan sangat penting bagi para peserta, karena mereka adalah para kader yang diharapkan dapat menjaga eksistensi bulletin SDM serta mengembangkan potensi mereka di bidang jurnalistik. Selain itu, dengan mengikuti pelatihan dasar jurnalistik ini, para peserta diharapkan dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang jurnalistik yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menularkan dan menghidupkan budaya menulis kepada para santri yang lain di Ponpes Darul Mujahadah pada umumnya.
Read more
Cintailah Orang Lain Seperti Mencintai Diri Sendiri

Ini bukan sekadar nasihat dan bukan sekedar kata-kata hikmah. Ini merupakan obat jiwa dari sekian banyak penyakit jiwa yang ada. Ini juga merupakan hokum untuk membawa kebahagian bagi  jiwa manusia, bahkan sesungguhnya, perkataan ini  merupakan ucapan manusia pilihan, yaitu Nabi Muhammad SAW,. Merupakan hal yang sangat penting jika kita memegang teguh sabda diatas karena jiwa manusia akan menjadi baik bila berpegangan dengan perkataan ini. Keamanan seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan menjalankan makna perkataan ini. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:
"Salah seorang dari kalian tidak dikatakan beriman, hingga mencintai saudaranya seperti halnya mencintai dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)
Ketika anda mencintai saudara Anda seperti anda mencintai diri sendiri, dada anda akan terasa lapang, jiwa anda terasa tenang,dan anda akan merasakan puncak kepuasan. Hanya dengan itulah anda akan merasakan manisnya iman. Manisnya iman ini tidak bisa dirasakan dengan lisan, melainkan dengan hati,. Anda juga akan merasakan kebahagiaan jiwa yang menyeluruh. Tahukah anda mengapa hal ini dapat terjadi? Karena kebahagiaan anda menjadi bertambah, ketika anda melepaskan diri dari rasa benci dan memenuhinya dengan rasa cinta. Kebahagiaan anda menjadi bertambah ketika anda meningglkan titik-titik hitam. Berupa rasa dengki, benci, dendam, iri, dan lain sebagainya.
Semua keburukan itu telah mulai berakhir ketika anda mulai mencintai saudara anda seperti  halnya mencintai diri sendiri. Ketika itulah anda merasakan ketenangan jiwa. Jika pertanyaannya, mengapa anada nerasa iri kepada saudara anda? Jawabannya adalah karena anda lebih mencintai diri sendiri. Anda berharap terjadisuatu kebaikan pada diri anda dan tidak mengharapkannya terjadi pada selain anda. Ketika mencintai selain anda seperti halnya mencintai diri sendiri, akan hilanglah rasa iri itu.
Terkadang anda biasa mengatakan ,"setiap orang lebih mencintai dirinya sendiri." Iya, memang. Dan saya tidak menginginkan anda untuk lebih mencintai orang lain daripada mencintai diri anda sendiri karena derajat seperti hanya bisa dicapaioleh segelintir orang saja. Mereka adalah seperti yang termaktub dalam Al-Qur'an, yang artinya: "…Mereka  mengutamakan(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)…"(al-hasyr:9)
mereka adalah golongan khusus diantara orang–orang mukmin.
Saya hanya meminta kepada anda untuk mencintai saudara anda seoerti mencintai diri sendiri, serta agar anda berharap terjadi kebaikan kepada saudara anda sebagaimana halnya anda berharap kebaikan itu terjadi pada diri anda.
Bila anda lebih mengutamakan kepentingan saudara-saudara anda seiman dari pada kepentingan diri sendiri, sedangkan pada saat itu anda membutuhkannya, berarti derajat anda seperti derajat mereka. Bila anda telah sampaipada derajat itu, berarti derajat anda menjadi tinggi dan kedudukan anda menjadi mulia disisi Allah SWT.
Demikianlah yang dilakukan oleh orang-orang besar, "mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri . sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu." Ketika anda sampai pada derajat ini, anda akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Berkat curahan rasa iman yang mengalir diurat nadi anda, akan mengubah jiwa anda menjadi jiwa yang tenang.
"…Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (al-Hasyr:9)

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengutamakan orang lain, atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu.
Read more
Selasa, 20 Mei 2014
Pemotret Walpaper Windows XP Legendaris

DM -Voice - Microsoft mengungkap asal muasal tampilan latar (wallpaper) legendaris Windows XP "Bliss", dengan merilis video wawancara sang fotografer Charles O'Rear. Setelah Microsoft menghentikan layanan dukungan untuk Windows XP, rilis video tersebut seakan menjadi cara penghormatan untuk kesan yang terus akan dikenang, seperti dilansir Daily Mail, Sabtu (12/04/14).
O'Rear adalah mantan fotografer National Geographic. Dia menceritakan bahwa dia menemukan pemandangan indah dengan rumput  sempurna dan langit bersih, saat dalam perjalanan melewati Napa Valley untuk mengunjungi pacarnya di San Francisco pada 1996.
Uniknya, kata O'Rear, meskipun foto tersebut menggambarkan keadaan lingkungan yang tenang, sebenarnya daerah tersebut adalah jalan paling berbahaya dan lalu lintasnya tersibuk.
Meskipun kondisi jalan yang berbahaya, dia dapat mengambil gambar yang mendeskripsikan ketenangan. Dia menggunakan film lama untuk kamera manual dan memotret momen terkenal itu di 1996. Ketika dia mengambil gambar, kata O'Rear terdapat beberapa awan di langit. Namun, ketika dia pertama kali menyaksikan pengaturan laik foto itu, langit itu benar-benar bersih.
Beberapa tahun kemudian, Microsoft menginginkan foto itu untuk tampilan Windows XP, seperti dilaporkan Time. Mereka ingin O'Rear langsung datang secara pribadi ke kantor Microsoft untuk memberikan foto.
"Aku tidak tahu waktu itu kemana akan pergi," kata O'Rear dalam video wawancara yang dikutip Daily Mail.
"Sekarang, siapa saja dari yang berusia 15 akan ingat foto ini sampai sisa hidup mereka," katanya.

"Saya senang mengetahui bahwa orang-orang senang dengan melihat itu, melihat sebuah foto yang saya ambil," ujar dia.

Sumber: Detik.com
Read more